MERENUNG
12:33 AM
Pada suatu malam, hujan sangat deras disertai angin berhembus kencang. Dalam kesendirian berada disuatu ruangan gelap nan sepi, hanya bertemankan
sebatang rokok gepe tadi siang, dan kopi yang terasa kian nikmat. Ingin rasanya bercerita, berbincang
dengan kawan kemudian bercerita tentang suatu masa masa jaya dari suatu pertemanan. Juga ingin bercanda tanpa ada arah dan alasan, serta tak ingin ada yang bertanya; kenapa atau untuk apa? lakukan saja apa yang ingin kita lakukan, ingin sekali, namun hati ini tersadar bahwa itu tidaklah mungkin, karena pada kenyataannya malam ini hanya akan dilewati dengan kesendirian.
Kini lebih memilih untuk berjongkok,
menyeruput kopi, dan menghisap rokok perlahan, sesekali menghembuskan asapnya, seperti ada banyak cerita dan keluhan dari setiap hembusannya yang penuh arti. Dikala itulah hati sadar kemudian sejenak berpikir, berdiskusi dengan diri sendiri, berdebat dengan benak. Sesungguhnya kesendirianlah yang membuat seseorang mengetahui dan sadar
bahwa terlalu banyak hal yang dia lalui, semakin pula dia sadar bahwa masih terlalu banyak hal yang belum dia lakukan. Semakin lama berpikir semakin membuat orang tahu, bahwa
sesunguhnya kita bagai debu di jalan raya yang luas. Masih terlalu
dini untuk merasa puas, masih terlalu singkat untuk berhenti, masih terlalu
cepat untuk menyerah, kita berjalan diantara hembusan angin, dan bahkan kita
tidak pernah sadar, sebenarnya apa warna angin itu? sejatinya kita tahu, apa
yang kita rasakan tidak semuanya bisa di gambarkan secara visual, namun sering kali dapat dirasakan oleh hati.
Merenung adalah hal yang sangat indah, apalagi dilakukan
saat dimana tidak ada orang lain menemani. Di saat kesendirian ini melanda,
manusia adalah makhluk sosial, namun apakah kalian yakin akan pergi menuju
peradaban hanya seperti itu? apakah
anda yakin, bahwa anda sudah sangat mengenal diri anda? banyak orang yang mengkritik
orang lain tanpa tau apa yang telah dia lakukan, baik atau buruk, benar atau
salah, sesuai atau tidak, mereka hanya bisa menilai orang lain tanpa ingin
mengenal dirinya terlebih dahulu.
Renungkanlah bahwa kita memang belum menjadi apa-apa,
kita lahir karena suatu alasan yang pasti, beberapa orang bilang alasan itu
adalah ‘cinta’, dan itu tidak sepenuhnya salah namun ada yang lebih dari itu. Yakinlah tiap langkah dalam hidup ini kita lakukan karena sebelumnya ada renungan yang mendalam, tiap keputusan yang kita buat, tiap langkah yang kita
ambil, tiap kata yang kita ucapkan, semuanya, yakinlah kita sudah merenungkannya karena tanpa adanya renungan yang mendalam, kita seperti gerombolan bebek yang hanya mengikuti kemana induknya melangkah, tanpa
tahu mau kemana kita akan pergi, terus menjadi pengikut tanpa tau akan
bagaimana kelanjutan dari perjalanan tersebut, pikirkanlah!
Merenung itu berpikir. Berpikir sebagaimana mestinya. Berfikir hal-hal yang seharusnya kita pikirkan, apa alasan yang jelas untuk semua
itu? karena terlalu banyak orang yang salah langkah, karena mereka melangkah
tanpa berpikir sebelumnya. Saya merasa saya jauh dari kesempurnaan, namun
kenapa saya tidak pernah bisa untuk menjadi, tidak, mungkin tepatnya mencoba,
mencoba untuk menjadi sempurna. Saat pemikiran itu datang, lahirlah pemikiran
lain, lalu sempurna yang seperti apa yang harus saya wujudkan, sempurna yang
bagaimana, apa tolak ukurnya? kesempurnaan yang seperti apa yang diinginkan
oleh peradaban? terus muncul pertanyaan dibenak saya, sampai saat ini jawaban
yang paling rasional yang saya dapatkan hanyalah satu, yaitu ‘hati nurani’. Bersikaplah dan bertindaklah seperti bagaimana hati nuranimu menuntunmu untuk
melakukan itu, bila tidak sesuai, berhenti jangan lakukan hal itu, karena apa
artinya melakukan suatu hal yang hampa, dan penuh dengan tipu daya, juga kekosongan
didalamnya.
Saya teringat sesuatu pada siang tadi, bahwa dimana kekuatan sebenarnya
seseorang lahir bukan karna kenyamanan yang ada, bukan juga karena pengetahuan,
tapi karena keharusan, ketidaknyamanan, dan karena kebutuhan, itulah yang membuat
orang menjadi apa yang dia pikirkan. Berpikir itu
membuat kita mengenal diri kita, seberapa jauh pencapaian daya pikir kita, daya
bersaing, dan rasa ingin tau itu sendiri, seperti kata pepatah laut yang keras dapat
melahirkan nahkoda yang handal. Saya sadar bahwa berjuang tidaklah mudah, teringat dimana para
pejuang dulu memperjuangkan kebebasan kita hari ini, dan mereka
memilih mati dari pada di kekang, lalu kenapa sekarang banyak dari kalian yang
membohongi diri sendiri dan lebih memilih hidup dalam kebohongan?
Kesan yang diciptakan oleh pemuda, pelajar, mahasiswa
saat ini sangatlah tidak memuaskan, sedikit membuat bangga dan tersenyum tetapi
belum cukup memuaskan. Kenapa selalu saja ada yang bernilai A namun dengan
standar pembelajaran serta guru yang sama dan minat yang persis masih ada juga
yang bernilai F? ini adalah contoh bahwa tidak bisa di sama ratakan pemuda, pelajar dan mahasiswa. Tapi sekiranya bisa kita renungkan, kenapa
itu terjadi? kurang adanya rasa ingin tahu, juga kurang rasa rindu akan
perjuanganlah yang membuat semua itu menjadi tidak mungkin terjadi, bangun!! bangun kawan-kawan!! bangunlah dari tidur panjangmu, jangan hanya bermimpi, wujudkanlah
mimipi-mimpi tersebut. Hilangkan rasa realistis itu, kadang jadilah ‘gila’
lepaskan semuanya, kejarlah impianmu, bangsa ini membutuhkan pemuda yang bisa
membangun, menjaga juga melindungi tanah air ini, warisan para pejuang! Jika bukan
dari kita para pemuda, lalu siapa?
Hidup ini sulit, keras, dan juga berat, iya! Kawan, kita
semua memiliki tiap-tiap tantangan juga persoalan yang berbeda-beda, dari setiap
renungan yang kita lakukan untuk bangsa ini adalah jawabannya,
jawaban dari tiap keluhan diri kalian sendiri. Mari kita mulai! mulailah! mulai! mulai! dari detik ini, tidak ada kata nanti, besok, atau tunggu siap, tapi
detik ini. Mulailah berpikir tidak hanya untuk diri sendiri, tidak hanya untuk
kepentingan suatu kelompok tertentu, tidaklah untuk daerah tertentu, tapi untuk
sesama, sesama manusia, sesama makhluk sosial, sesama penikmat masa ini; masa
yang kian membingungkan.
Lakukan saja, benar atau salah urusan nanti, karena
lebih baik mencoba dari pada tidak pernah sama sekali. Lakukanlah apa yang hati nuranimu ingin, jangan lakukan bila menurut
kamu itu tidaklah sesuai dengan apa yang ada di hati dan pikiranmu. Seruputlah
kopi hangatmu, hisaplah rokokmu, tulislah impianmu pada secarik kertas, teteskan penamu, luapkan isi hatimu, tunggu! renungkan terlebih dahulu apa yang akan kamu
lakukan. Ingatlah, hal paling baik sekalipun bisa jadi tidak baik, bila
dilakukan pada saat yang tidak tepat, namun hal biasa sekalipun bisa jadi hal
yang paling baik bila dilakukan pada saat yang tepat, PIKIRKANLAH!!!.
Layaknya hujan yang turun ditengah masa paceklik di
daerah tertinggal akan begitu indah dan menawan, namun hujan yang turun di kota
yang padat jalannya karena macet malah akan dicaci oleh tiap-tiap manusia yang
terkena basahnya hujan tersebut. Candaan hangat akan disambut oleh candaan sahabat yang sedang senang hatinya, namun candaan terlucu sekalipun akan
menjadi menyebalkan bila sahabat sedang urung hati, relatif? tidak, itu perasaan dimana tidak ada kepastian disitu tetapi ada yang namanya rasa, rasa memiliki. Mengerti tidaklah mudah, namun membuat candu.
Seorang sahabat pernah berkata ‘berbahagialah, karena kau
adalah raja dalam kebahagianmu itu’ namun pertanyaannya, dalam kebahagiaan
tersebut, akan menjadi raja yang seperti apa kita, raja yang
memakmurkan rakyatnya? atau raja yang menyengsarakan rakyatnya? itulah
hidupmu, pilihanmu. Hidup memang penuh dengan pilihan, maka itu harus ada hal yang tadi kita sebut ‘berpikir’, untuk menentukan mana yang paling
tepat untuk dilakukan pada saat-saat tertentu itu, karena sesungguhnya hidup
adalah tantangan, jalani dengan rasa, hasil tidak pernah mengkhianati proses, seperti seorang petani jagung tidaklah akan menuai beras, jalani sesuai porsi
dan kemampuan kita, jangan ambil hak orang lain, kita makluk sosial yang hidup sendiri.
Dengan adanya gelap, kita dapat menghargai dan melihat
indahnya bintang juga bulan. Dengan terang, kita bisa tahu indahnya
embun pagi diantara rumput dan daun yang sejuk. Hargai tiap-tiap momen yang ada, karena tidaklah mungkin tiap momen itu bisa berulang atau
akan terulang. Waktu tidak akan pernah kembali... Mulai sekarang, sejatinya kita sadar bahwa kesendirian mengajarkan banyak hal, namun
keramaian juga tidaklah kosong, tidak jarang manusia merasa sangat sepi
ditengah keramaian... Hargai! Hargai hidup ini!!
Bersyukurlah walau hanya dengan menundukan kepala sejenak
seraya berpikir bahwa masih ada nikmat dibalik tiap-tiap rintangan yang ada. Manusia memang tidak akan pernah menang melawan rasa kesepian, namun yang harus
kita pikirkan bukanlah kenapa kita merasa sepi, tapi bagaimana cara menyudahi rasa kesepian ini. Bersyukurlah, ketika merasa sepi disitulah kita
sadar bahwa ternyata ada yang sedang mengajak kita berkomunikasi, ya itu
adalah diri kita sendiri. Benak kita sedang mengajak berdiskusi, berpikir
atau memikirkan jalan keluar dari tiap-tiap masalah yang ada, saat itulah
dimana kita sadar bahwasanya yang bisa mencari solusi untuk masalah kita adalah diri kita sendiri.
Writer: Farhan Ali
Editor: Erry
0 comments